.---TERUS BERJALAN, BIARKAN CAHAYA TERTUTUP AWAN, MENUTUPI ANGAN, DITENGAH IMPIAN, DALAM KEYAKINAN, MUNGKIN TERWUJUDKAN, KETIKA MENYATAKAN TINDAKAN.---.

Sabtu, 09 Februari 2013

Coretan


Kenapa orang menyukai senja. Mungkin mereka terlalu sibuk untuk menyapa fajar, sekalipun itu senggang, sebagian dari orang-orang sibuk itu akan lebih memilih untuk terdiam, menutup, dan bersembunyi. Atau pun kenapa sebagian lagi dari mereka menyukai matahari terbenam. Karena disaat itu mereka akan berpikir tentang mereka, mereka tak habis-habisnya memikirkan mereka, dan mereka akan selalu merenung sambil tertawa menemui pikiran untuk apa mereka. kenapa harus pada saat matahari terbenam. Kerena mereka terlalu takut dengan malam, mereka terlalu mengkhawatirkan malam, dan mereka menjadi ambigu menghadapi malam. Gelap. Bayangkan kehidupan tanpa cahaya, dan jangan bayangkan seorang ilmuwan yang menemukan cahaya. Coba mereka bayangkan mereka adalah penemu cahaya, seseorang anak kecil akan selalu bertanya untuk apa mereka repot-repot menemukan cahaya itu. Orang dewasa selalu menjawab, bayangkan dunia tanpa cahaya, apakah kita bisa tertidur lelap, apakah kita tidak mengkhawatirkan tidur yang terlelap, apakah kita bisa berjalan kalau gelap membuat kita terlelap. penegak akan menjadi sangat ambigu ketika mengkisahkan ini.

Pagi ini gue menjadi sangat ambisius memikirkan pikiran tolol ini. Kenapa seorang penegak dengan mudahnya mengaku kalau dirinya pintar. Sementara useful idiots lainnya mengaminkan. Sementara penolakan diteriakan oleh orang-orang yang sebenarnya menuju tahap pintar, tapi tetap terlihat tolol saat berteriak. Untuk apa anak kecil bertanya hal-hal yang menurut orang dewasa tak berguna. Sekalipun itu tak berguna, kenapa orang-orang yang mengaku pintar itu enggan menjawab dengan alasan mereka terlalu sibuk menemui kepintarannya. Sekali lagi ini adalah ketololan yang telah menjamur. Kalau begitu seorang sastrawan adalah orang yang pintar, kalau begitu seorang dokter adalah orang yang pintar, atau mungkin seorang seniman adalah orang yang pintar, bahkan menajubkan bila seorang paranormal adalah orang yang pintar. kenapa orang yang berpura-pura pintar selalu melakukan penolakan terhadap orang yang benar-benar pintar. Anak kecil bisa menjawab sendiri dengan hal-hal yang baru ia mengerti. Anak kecil akan memilih dirinya tertawa, mereka adalah bodoh tetapi menuju tahap pintar. Mereka selalu melakukan penilaian terhadap ketololan orang dewasa yang menjelek-jelekan wajahnya agar anak kecil terdiam dari tangisannya. Sama halnya dengan orang-orang yang berpura-pura pintar  mengenalkan dirinya dengan teriakan. Dan berbicara dimana-mana bahwa dirinya pintar, dan para useful idiots akan selalu mengamininya. Sekali lagi pemiikiran orang-orang yang bertariak ini tidak jauh lebih pintar dari pemikiran anak kecil tadi.

Ini tahap frustasi atas pemikiran tolol ini, ketololan yang menjadi kosetan pengganjal pintu. Ingin rasanya gue singkirkan dan membiarkan pintu itu terbuka. Terbuka untuk bebas,  kebebasan yang nampaknya harus dipikirkan lagi. Begini, sebuah kumpulan orang-orang yang mengaku pintar ini berbicara, tertebak siapa yang semakin dekat dengan senja dan yang baru saja sampai kepuncak hidupnya. Biasanya orang yang dekat dengan senja akan selalu berbicara yang berdasarkan masalalu. Dengan ceritanya, semua kegagalan masa kini selalu terobati oleh piagam keberhasilan masa lalu. Apakah ini membuat menenangkan, atau hanya hiburan basi yang biasa dimakan dengan lempengan penghargaan itu. Dan yang baru saja sampai dipuncak hidupnya, selalu melakukan penolakan. Tapi terjadi sebuah ketololan yang menjamur sekali lagi. mengandaikan gue berdiri di atas panggung kehormatan, lalu gue menjelaskan beberapa hal yang menjadi sebuah pemikiran. Lalu diam, dan biarkan mereka berbicara. Gue menjajikan kenaikan untuk yang aktif bertanya. Apa yang terjadi, masing-masing dari mereka selalu berusaha bertanya. Pertanyaan pertama, berdasarkan pemikiran yang berhubungan. Pertanyaan kedua, pemikiran yang baru saja ditanyakan dirangkai dengan kata-kata yang berbeda. Pertanyaan ketiga, dan seterusnya akan terdengar seperti segerombolan anak ayam yang berbicara pada induknya. Dengan begini, saya tidak akan menjawab satu pun pertanyaan dan memilih untuk menutup pemikiran ini. Ini yang disebut kebebasan berbicara, atau hanya berbicara dan pulang membawa jutaan rupiah. Ini yang disebut kebebasan. Nampaknya harus di pikirkan lagi oleh penyampai berita.

Sore ini, gue telah banyak menonton berita. berita yang diulang-ulang. Sebegitu pentingkah kebaikan seorang yang ternama diberitakan. Kalau begitu gue bandingkan jauh lebih kebaikan orang sekampung gue, kenapa tidak pernah diberitakan. Atau realita patut untuk diperbincangkan berulang-ulang agar para pecundang terdiam dan mengharapkan mereka kembali menjadi penyampai pesan. Lalu bagaimana dengan realita para pencundang yang tertawa ketika sedang duduk sebagai perwakilan realita itu. Untuk apa di beritakan kalau kenyataan tidak pernah berada disisi penyampai berita. Entah sampai kemana tulisan ini mengarah. Nampaknya tidak ada salahnya menikmati matahari terbenam. Dengan begitu bayangan kita akan jauh lebih panjang dari kita. Dan kita takkan bisa mengukur bayangan kita seorang diri. Matahari terbenam adalah saatnya mengkoreksi diri sendiri atas apa yang telah kita lakukan sehari ini. Mungkin itu yang membuatnya menenangkan. Dan itu yang akan membawa kita menjadi  optimis pada malam. Semoga saja tak terdengar tulisan ini. Karena apa yang bisa diharapkan dari pemikiran ini. Gue harus memperbaiki diri.