THE
OTHER
1. EXT.
HUTAN – SORE
Kamera mengambil gambar hutan secara
extablish. JOE mengarahkan pistolnya ke arah IAN yang tak berdaya bersandar di
pohon. Nampak rasa ragu, cemas, amarah yang tak terkendali dan gemetar dari
ekspresi Joe. Ketika Joe hendak mengeksekusi, tiba-tiba terdengar suara.
HANI (O.S)
Kenapa kamu membunuhnya?
Joe
menengok kesamping kirinya dengan tatapam yang tajam.
2. INT.
SEBUAH RUANGAN – DAY
Cahaya masuk dari jendela. Seorang wanita,
HANI dan Joe saling berdiri menghadap jendela melihat kearah luar. Jendela
sumber cahaya itu ada dua, letaknya disisi yang sama jaraknya agak saling jauh
dalam satu ruang tersebut. Hani terus menanyakan banyak hal pada Joe. Joe
terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.
HANI
(menatap tajam Joe)
JOE
(mebalikan wajah menghadap jendela, mengelak)
Tidak tahu.
HANI
Bagaimana bisa, tidak tahu?
JOE
Manusia tahu bahwa ia tidak tahu, dan manusia
tidak tahu bahwa ia tahu
HANI (CONT’D)
(curiga)
Apa maksudmu?
3. INT.
RUANG TV, RUMAH – NIGHT
Terdengar SUARA TV. Joe menonton TV duduk
dikursi dengan terdiam. Tanpa suara. Pandangannya hanya menatap TV. Terlihat
seperti orang melamun. Ada beban dalam pikirannya yang kita tidak ketahui.
4. EXT.
HALAMAN, KAMPUS – MORNING
Kamera sebagai POV Joe- bergerak ke arah
tangga. Kembali Kamera Objektif. Joe berjalan, tatapan mata nya tajam. Melihat
sekitarnya. Matanya memakai sifat. Ia terlihat sebagai seseorang psikopat. Ia
seorang perfeksionis yang selalu menilai buruk hal disekitarnya. Di langkah
pertama menaiki tangga ke arah gedung. Terdapat beberapa lukisan tembok
bergambarkan ambstrak. NARASI: dari dialog antara Joe dengan Hani berlanjut.
JOE (O.S)
Sungguh tidak adil, manusia dilahirkan dengan
kepintaran, sekaligus ketotolan ketika mereka berpura-pura menjadi seorang
manusia yang mengaku tahu?
CUT TO :
4.1 INT. SEBUAH RUANGAN – DAY
Hani menatap Joe dengan sinis. Ia nampak
ekspresi menolak.
HANI
(menghadap jendela)
Tidak ada manusia
yang sempurna
JOE(CONT’D)
(menengok ke Hani
,ekspresi tidak suka)
Hem. Kenapa?
BACK
TO : Scene 4
4. EXT. HALAMAN, KAMPUS – MORNING
Di stage tangga yang pertama terdapat 3 orang
laki-laki, sedang bersenang-senang, liar, tertawa. Masing-masing dengan
rokoknya, tampak ke egoisan di wajah mereka. Terlihat setengah mabuk. Mereka
berbicara tidak karuan. Ada botol plastik biasa berisi air yang berwarna
seperti miras. Mereka memaksa salah satu dari mereka minum sampai habis dengan
tertawa setengah mabuk. Memegang sembunyi sebuah bungkusan kecil yang diduga
narkoba.
ORANG 1
(setengah mabuk)
Nih, broo. Obat untuk dapetin inspirasi.
(memaksa Orang 2 meminum)
Kalo kamu minum ini, stress bakal ilang,
inspirasi kayak apa aja bakalan dateng.hahaha
ORANG 2
(Meminum dengan dengan teburu-buru)
ORANG 3
(merokok sambil ikut tertawa)
(tangannya memegang sebuah bungkusan kecil
yang langsung iya masukkan ke dalam saku)
Joe yang memperhatikannya dengan tatapan
benci, sambil terus berjalan perlahan menaiki tangga. NARASI: lanjutan dari dialog
scene 4.1
JOE (O.S)
Kenapa manusia harus mengetahui bahwa manusia
tidak sempurna?. Sehingga manusia terus saja merusak dirinya dengan semua
ketololan yang mereka benarkan. Mereka tahu, tetapi mereka terlalu mendewakan
ketololannya. Itulah yang membuat manusia nampak tidak sempurna.
Di stage tangga kedua. Ada Sepasang kekasih yang
sedang ribut. Mereka terlihat sangat berselisih paham. WANITA terus menyalahkan
IAN. Ian terlihat begitu emosi. Mereka tidak memperdulikan orang – orang di
sekitarnya. Joe memperhatikannya dengan tatapan penuh kebencian.
WANITA
(marah, setengah menangis)
Kenapa kamu kayak gitu? Terus aja sibuk
dengan urasan mu. Oh, atau mungkin kamu sedang banyak janji dengan cewe lain,
iya?.
IAN
(emosi)
Terus, terus aja kamu nyalahin aku. Kamu
selalu minta dimengerti. Kalo iya, emang kenapa? Ga suka? Ga seneng? OO. Lalu
kamu ngapain? Lagi berduaan dengan gebetan baru kamu.
(membanting sesuatu)
WANITA
Dasar cowo bajingan ya kamu
IAN
Kalo aku bajingan, kamu apa? Ratu? Hah,
WANITA
(nangis, menampar Ian)
IAN
(kesal keinginan untuk membalas)
Joe yang memperhatikan dengan eksperi
kebencian. Melihat Ian. Ian melihat Joe dengan perasaan yang masih emosi
kemudian ia pergi. Joe melanjutkan perjalanan.
CUT TO :
4.2 INT. SEBUAH RUANGAN – DAY
HANI
Hehm,
kamu tidak membiarkan dirimu untuk mengerti.
JOE
(menatap
Hani)
HANI
manusia yang belum
mengerti dirinya, tidak mungkin bisa mengerti orang lain
JOE
(mengelak)
Omong
kosong
BACK TO :
5. INT.
LANTAI BAWAH, GEDUNG – MORNING
Joe, masuk melalui pintu. Di
ruang tersebut ada tangga. Ada kursi memanjang tempat menunggu atau bersantai.
Disana ada 5orang yang duduk berjajar. Mereka sibuk dengan HP nya. Tidak ada
yang saling menyapa. Mereka fokus memainkan HP di tangannya. Terus,yang ada
adalah respon wajah mereka ketika memainkan HP. Joe hanya melihat dengan
tatapan yang sinis. Lalu, naik ke atas melalui tangga.
6. INT.
LANTAI 2, GEDUNG – MORNING
Tiba di lantai 2. Seseorang (IAN)
tergeletak di lantai di bawah cahaya dari jendela. Wajahnya tidak menghadap ke
Joe. Joe menghampiri. Ia membalikan wajahnya terlihat wajah Ian. Ekspresi Joe
tercengang
Flashback:
6.1.
INT. KAMAR, RUMAH – NIGHT
Hubungan seksual sesama jenis
antara Joe dan Ian. Kamera tidak memperlihatkan detil. Hanya menjadi penanda
bahwa mereka melakukan hubungan seks. Ekspresi Joe yang menolak namun ia tidak
bisa melawan dan Ian terlihat seperti lelaki yang penuh amarah memaksa Joe.
Back To 6
Masih melihatkan ekspresi wajah
Joe yang tercengang. Ada rasa takut dalam dirinya hanya saja ia tidak
mengetahuinya. Dan Ian seperti membeku / mati. Kemudian Joe lari ketakutan naik
kelantai atas yang disebut sebuah
ruangan.
7. INT.
SEBUAH RUANGAN – DAY
Sampai disana ia mendekati
jendela dengan rasa takut dan bingung. Nampak lelah. Seseorang (Hani)
menghampiri menghadap jendela yang lain. Hani menanyakan banyak hal ke Joe.
Lanjutan dari 4.2.
HANI
(senyum picik)
Bodoh, apa kamu sudah
mengerti sekarang?
JOE
(cemas, takut)
Kenapa bisa bayangan
itu muncul saat aku melihatnya? Apa yang terjadi disini?
HANI
Rasa benci dihatimu
lah yang membuat semua ini terjadi
JOE
(menatap Hani)
8. INT.
RUANG TV, RUMAH – NIGHT
SUAR TV. Joe menonton Tv. Terdiam. Tanpa
suara. Terlihat sperti orang yang mempunyai masalah berat. Matanya sayup.
Pikirannya hampa. Dibelakang Joe. In Frame Ian keluar dari kamar telanjang
dada. Sedang memakai celanannya. Kemudian Ian out frame. Joe melihatnya dengan
pandangan yang penuh kebencian.
9. INT.
SEBUAH RUANGAN – DAY
HANI
Kebencian
lah membuat manusia tidak sempurna
JOE
Kenapa?
Apa yang salah dengan diriku?
(ekspresif)
HANI
Hanya
kamu yang mengerti dirimu
10. EXT.
HALAMAN, KAMPUS – MORNING
Joe berjalan
di stage tangga yang pertama. Terlihat 3 orang laki-laki yang diam duduk
berjejer. Diam, mata mereka penuh kebencian. Mereka tidak melakukan apa-apa.
Mata Joe tidak memperlihatkan kebencian lagi tetapi melihatkan keheranan dan
kecemasan. Ketika Joe memperhatikan mereka. mereka hanya saling terdiam dengan
tatapan yang kosong. Terlihat seperti mayat hidup. Kemudian mereka melihat Joe
dengan tatapan yang tajam. Sinis.
Di stage tangga
yang kedua, Wanita terlihat sedih karena kehilangan cintanya. Ia menangis,
tidak terlalu nampak. Joe melihatnya dengan heran.
11. INT.
LANTAI BAWAH, GEDUNG – MORNING
Disana 5 Orang
yang saling berbincang satu sama lain. Mereka memegang HP ditangannya. Tetapi
pandangan mereka tetap Hampa ketika saling berbicara, kaku. Joe hanya melihat
dengan heran. Kemudian mereka menghentikan obrolannya dan melihat Joe dengan
tatapan yang sinis. Joe sangat bingung, lalu Ia menaiki tangga.
12. INT.
KELAS, GEDUNG – MORNING
Joe memasuki kelas. Duduk dikursi belakang di
serong kanan depannya duduk Hani. Disekitarnya orang-orang dengan tatapa mata
kosong mata mereka diberi sifat. Dosen sedang memberikan materi. Pandangan Joe
terus mengarah ke Hani.
DOSEN
(membaca materi dalam laptop)
Aturan 180 derajat itu sangat penting dalam
sebuah film. karena itu lah yang menjaga kontinuitas sebuah film, sehingga
penonton tidak di bingungkan oleh pergerakan frame dan bisa memhami arah cerita.
Karena itu aturan itu menjadi patokan dalam pengambilan gambar.
JOE
(protes, berdiri)
Maaf, pak. Bagaimana bisa aturan itu di
jadikan patokan. Sedang kan film adalah sebuah bentuk karya seni. Seni itu
adalah bentuk ekspresi jiwa yang bebas. Jika aturan itu di jadikan sebuah
patokan, matilah para seniman.
DOSEN
(mennyilangkan tangan)
JOE
Lagi pula, penonton kita sudah sangat pandai.
Bukan lagi penonton tahun 50 an saat usmar ismail masih harus mendikte
penontonnya. Masih kah kita harus menyalin setiap kata dalam buku lama. Seperti
yang bapak lakukan saat mengajar.
Joe tersenyum sinis ke dosen. Orang-orang di
sekitarnya melihat Joe dengan sinis. Kemudian Joe mengarahkan pandangannya lagi
ke Hani yang duduk tenang di depannya. Hani sempat melirik ke Joe dan tersenyum
kecil. Joe tersenyum sembunyi ke Hani. Tiba-tiba Ian duduk di samping Hani
memotong pandangan Joe. Ian Menggoda Hani CU memberikan sebuah KADO ke Hani.
Joe duduk kembali, mulai melihat mereka dengan tatapan tajam. Dan saat Joe
duduk, kamera memperlihatkan Hani duduk disamping kiri Joe.
HANI
Kenapa kamu begitu yakin dengan yang kau
pikirkan.
JOE (CONT’D)
(kaget, menoleh kesamping)
13. INT.
SEBUAH RUANGAN – DAY
JOE
(menatap Hani)
HANI
Kenapa kamu begitu yakin dengan yang kau
pikirkan, sedangkan kamu Tahu bahwa sebenarnya kamu Tidak Tahu
JOE
(menoleh ke Hani, mendesak)
Sepertinya aku pernah melihat Kado itu, Apa
yang kamu ketahui tentang diriku?
HANI
Tidak ada
JOE
Kenapa? Kenapa dia seperti mengancamku.
Mengusikku. Apa yang terjadi disini
14. INT.
RUANG TV, RUMAH – NIGHT
Joe
mengambil Sebuah senjata, dari laci mejanya. Kemudian Ia memasukannya ke dalam
ikat pinggang belakang. Dan pergi.
15. INT.
LANTAI 2, GEDUNG – SIANG
di lantai 2,
terlihat Ian berdiri bersandar tembok. Sambil menghisap rokoknya. Memandang
tajam Joe. Tersenyum picik. Joe langsung mengarah ke Toilet.
16. INT.
TOILET LANTAI 2, GEDUNG – SIANG
Joe memasuki
toilet. CU tulisan Tolet laki-laki. Ia buang air kecil. kamera melihatnya dari
belakang. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar mandi. Teriakan kecil
wanita. Joe langsung menggedor pintunya.
JOE
(menggedor-gedor)
Woii..
siapa di dalem..buka!
Joe pun
mendobraknya. Didalam terlihat Seorang Wanita yang putus cinta tadi. Tak
berdaya. Joe berusaha membangunkannya. Dan ketika Ia mengambil tangannya.
Tangan kanannya keluar darah bercucuran. Tiba-tiba ia berkeringat, gemetar,
dadanya terasa sesak dan mual. Kemudian ia menjauhi Wanita itu kearah tempat
pembersih tangan. Lalu, mual-mual di bawah keran itu sambil memegangi dadanya.
CUT
TO:
16.1 INT. SEBUAH RUANGAN – DAY
JOE
Hematophobia, entah mengapa aku jadi takut
ketika melihat darah.
HANI
Ada sesuatu yang terjadi
pada dirimu yang membuatmu trauma.
JOE
Entahlah.
Back
to 16
Joe masih mual-mual di toilet. Ia mencoba
menghilangkan bekas darah di tangannya sambil mual. Kemudian ia mencuci
mukanya. Kamera MCU Joe membasuh muka dan ketika tangannya turun mata Joe
menjadi tatapan mata yang tajam, memakai sifat. Ia seperti menyimpan dendam.
Kemudian Ia keluar.
17. INT.
LANTAI 2, GEDUNG – SIANG
Ia dengan
ekspresi penuh benci, mendekati Ian yang sedang berdiri bersandar di tembok
sambil menghisap rokoknya. Ia langsung memukul Ian dengan penuh amarah. Terjadi
perkelahian antara mereka. Ian pun kalah, Ian tak berdaya. Joe merogoh sakunya
disitu ada Pecahan kaca yang ada darahnya. Kemudian Joe membuang pecahan kaca
itu. Dan menarik Ian keluar dari gedung
EXT.
Di Luar gedung, kamera ELS
menyoroti Joe menyeret Ian menuju arah Hutan di depan gedung.
HANI(O.S)
Bukan Wanita itu yang
membuatmu membunuhnya.
18. INT.
SEBUAH RUANGAN – DAY
HANI
Ada hal yang lain
yang membuatmu berhasrat membunuhnya.
JOE
Lalu, Kenapa aku
membunhnya?
HANI
Ada sesuatu yang lain
yang kamu salah mengerti.
JOE
(tercengang)
Flash back :
18.1.
KAMAR, RUMAH – NIGHT
Hubungan seksual sesama jenis
antara Joe dan Ian. Kamera tidak memperlihatkan detil. Hanya menjadi penanda
bahwa mereka melakukan hubungan seks. Ekspresi Joe yang menolak namun ia tidak
bisa melawan dan Ian terlihat seperti lelaki yang penuh amarah memaksa Joe. Joe
pun berteriak.
- Lalu, Ia terbangun. Ternyata itu hanya
mimpi. Ia beranjak dari tempat tidur. Menuju ruang Tv
18.2. INT. RUANG TV, RUMAH –
NIGHT
Ia mnyalahkan Tv, setengah sadar.
Pandangannya kosong. Ian keluar dari kamarnya. Ian adalah teman satu kos Joe.
Ian berniat keluar rumah karenanya Ia mengganti bajunya.
Back to 18
HANI
(tersenyum picik ke Joe)
JOE
Fuck!
(segera berlari)
JOE
berlari mencari Ian ke hutan, Ia baru tersadar. Ia merasa masih bisa
membatalkan pembuhannya Ian.
19. EXT.
HUTAN – SORE
Joe berlari tergesah-gesah ia
ingin membatalkan niat dirinya yang lain untuk membunuh Ian.
Sementara dirinya Joe yang lain,
Meletakan Ian yang tak berdaya bersandar di pohon. Kemudian Joe mengeluarkan
Senjatanya. Mengarahkannya pada Ian.
Joe masih mencari dimana dirinya
yang satu lagi.
Dirinya Joe yang lain, melepaskan
tembakan ke arah Ian. Darah pun keluar dari tubuh Ian.
Kamera langsung beralih ke Joe
yang sedang kebingungan mencari. Terdengar SUARA tembakan. Joe mendekatinya.
Dan menemukan Ian sudah mati dengan berlumuran darah. Hanya ada Joe disana. Ia
menjadi berkeringat, gemetar, takut dan merasa bersalah. Ia pun mulai
mual-mual. Kemudian Ia mencoba berlari sekuatnya. Menghindari rasa bersalahnya
dan Ian. Ia terus berlari terseok-seok. Sangat takut, melihat sekitar, takut
ada orang yang melihat.
Joe berlari. Kamera
memperliahatkan sebatang pohon kecil yang patah berujung lancip menjulang dari
tanah. Joe berlari megarah ke sana. Lalu, kakinya tersandung akar pohon dan Joe
pun jatuh. MCU Batang itu menancap di tubuh Joe. Joe tersentak.
CUT
TO:
20. INT.
KAMAR, RUMAH – PAGI
Joe tersentak bangun dari tidurnya. Ternyata
itu hanya mimpinya. Ia langsung mengangkat dirinya dan duduk di kasur ia
melamun. Di meja depan Kasur ada foto Joe dengan Hani dan Kado yang sama
seperti yang dilihat di mimpinya. Ia kemudian mengambilnya. Dan tersenyum hampa.
Flashback:
20.1.
INT. GEDUNG – DAY
Joe memegang kado itu, berniat memberikannya
ke Hani. Namun, ketika ia datang ke Hani. Hani tertangkap sedang berduaan mesra
dengan Ian. Joe pun murung. Dan membatalkan niatnya.
Back To 20 :
Lalu, Ia beranjak. Mengambil kuas-cat
melanjutkan lukisannya di tembok. Kamera mengambil jauh memperlihatkan Joe
sedang melukis seorang wanita dengan membawa pisau dan tatapan yang tajam.
THE END
by Bagus Mias Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar